Pada artikel ini akan dibahas khusus untuk pengobatan pada penyakit rhinitis alergi sedangkan bagaimana penyakit rhinitis alergi ini spesifiknya akan dibahas lebih lanjut yaa..
sabar yaa....^^
Pada pengobatannya tergantung pada jenis rhinitis alergi yang ada yaitu :
Jika Anda memiliki alergi rhinitis abadi, Anda harus minum obat secara rutin setiap hari.
Jika Anda memiliki rinitis alergi musiman (hay fever) Anda dapat mulai obat beberapa minggu sebelum musim serbuk sari dimulai.
Jika Anda memiliki rinitis alergi musiman (hay fever) Anda dapat mulai obat beberapa minggu sebelum musim serbuk sari dimulai.
Pengobatan yang terbaik adalah dengan menghindari alergen.^_^
Pengobatan selanjutnya.....
Jika tidak bisa menghindari pencetus, gunakan
obat-obat anti alergi baik OTC maupun ethical.membantu mengendalikan gejala alergi
obat-obat anti alergi baik OTC maupun ethical.membantu mengendalikan gejala alergi
Jika tidak berhasil, atau obat-obatan tadi menyebabkan efek samping yang tidak bisa diterima, lakukan imunoterapi
1. Antihistamin
Semuanya bekerja dengan menghambat pelepasan histamin dalam tubuh. Berupa bentuk oral ataupun semprotan hidung berupa contohnya azelastin ,juga dalam bentuk obat yang diresepkan ataupun obat bebas tanpa resep.
Semuanya bekerja dengan menghambat pelepasan histamin dalam tubuh. Berupa bentuk oral ataupun semprotan hidung berupa contohnya azelastin ,juga dalam bentuk obat yang diresepkan ataupun obat bebas tanpa resep.
a. Obat-obat antihistamin tanpa resep memiliki efek jangka pendek dan sekedar dapat meredakan gejala‐ gejala ringan sampai sedang. Contohnya diphenhydramine (Benadryl®), klorfeniramin(ChlorTrimeton®),
clemastine (Tavist®). Antihistamin ini dapat menyebabkan kantuk. Namun pada Loratadine (Claritin®) dan cetrizine (Zyrtec®) sebagai tidak begitu menyebabkan kantuk.
b. Obat-obat antihistamin dengan resep. Obat‐obat ini sifat efeknya lebih panjang dibanding obat-obat antihistamin tanpa resep dan biasanya penggunaannya cukup dengan satu kali dalamsehari. Contohnya fexofenadine (Allegra®).
b. Obat-obat antihistamin dengan resep. Obat‐obat ini sifat efeknya lebih panjang dibanding obat-obat antihistamin tanpa resep dan biasanya penggunaannya cukup dengan satu kali dalamsehari. Contohnya fexofenadine (Allegra®).
Efek samping yang mungkin terjadi : mulut kering, kesulitan dalam mengeluarkan urin, konstipasi, efek kardiovaskular. Dapat juga terjadi efek samping pada sistem cerna : hilang nafsu makan, mual,muntah, gangguan ulu hati.
Dapat dicegah dengan mengkonsumsi obat bersama makanan atau segelas air.
Dapat dicegah dengan mengkonsumsi obat bersama makanan atau segelas air.
Lebih efektif bila dimakan 1-2 jam sebelum paparan alergen
2. Kortiosteroid
Untuk rhinitis alergi yang berat, kadang diperlukan lebih dari antihistamin, yaitu obat golongan kortikosteroid. Ada dalam bentuk berupa semprotan hidung dimana dapat mengurangi peradangan di hidung dan membantu meringankan bersin, gatal, dan hidung meler. Mereka paling efektif dalam mengurangi gejala, meskipun mungkin tidak memberi peningkatan selama beberapa hari atau semingg setelah Anda mulai menggunakannya.Contohnya :
* Beclomethasone (Beconase®)
* Fluticasone (Flonase®)
* Mometasone (Nasonex®)
* Beclomethasone (Beconase®)
* Fluticasone (Flonase®)
* Mometasone (Nasonex®)
* Triacinolone (Nasacort®)
Efek samping : bersin, perih, sakit kepala, epistaksis, infeksi jarang oleh Candida albicans.
Hambatan pada hidung harus dihilangkan dengan dekongestan sebelum pemberian glukokortikoid untuk memastikan penetrasi obat yang memadai.
3. Dekongestan
Banyak obat-obat dekongestan tanpa resep tersedia dalam bentuk tablet atau semprot hidung. Mereka juga sering digunakan dengan antihistamin. Golongan obat untuk mengatasi gejala-gejala seperti hidung tersumbat. Obat-obat dekongestan hidung dan oral berupa Sudafed®, Actifed®, Afrin®, Neo-Synephrin®. Beberapa dekongestan yang berisi pseudoefedrin, berpotensi menaikkan tekanan darah. Pasien dengan tekanan darah tinggi atau pembesaran prostat tidak dianjurkan menggunakan obat‐obatan yang mengandung pseudoephedrine.
Hindarkan penggunaan dekongestan hidung selama lebih dari 3 hari berturut-turut, kecuali secara khusus disuruh oleh dokter Anda, dan jangan menggunakannya jika Anda memiliki emfisema atau bronkitis kronis. Jika digunakan lebih dari 3 hari maka dapat menyebabkan rinitis medikamentosa, di mana hidung kembali tersumbat akibat vasodilatasi perifer dan menyebabkan batasi penggunaan.
Hindarkan penggunaan dekongestan hidung selama lebih dari 3 hari berturut-turut, kecuali secara khusus disuruh oleh dokter Anda, dan jangan menggunakannya jika Anda memiliki emfisema atau bronkitis kronis. Jika digunakan lebih dari 3 hari maka dapat menyebabkan rinitis medikamentosa, di mana hidung kembali tersumbat akibat vasodilatasi perifer dan menyebabkan batasi penggunaan.
Dekongestan oral, Onset lambat, tapi efek lebih lama dan kurang menyebabkan iritasi lokal namun tidak menimbulkan resiko rhinitis medikamentosa. Contohnya fenilefrin, fenilpropanilamin,
4. Leukotreinea Antagonis
Berfungsi untuk memblokir produksi leukotreina, yaitu bahan kimia pembentuk radang yang diproduksi oleh tubuh. Pemakaiannya cukup sekali sehari dan tidak menyebabkan kantuk, sekaligus juga bisa digunakan sebagai mengobati asma karena alergi. Contoh obat-obat demikian ini antara lain montelukast (Singulair®) dan zafirlukast (Accolate®).
5. Nasal Hidung Atropin
Ipratropium bromida (Atrovent®) adalah penyemprot nasal (dengan resep) membantu meringankan hidung yang sangat meler. Orang‐orang dengan glaukoma atau pembesaran prostat tidak dianjurkan menggunakan Atrovent®. Merupakan zat antikolinergik yang berguna dalam rhinitis alergi menetap.
Imunoterapi
Imunoterapi adalah pengobatan yang bersifat menghilangkan sifat sensitivitas tubuh terhadap alergen.Imunoterapi yang dikenal adalah imunoterapi desensitisasi. Caranya, tubuh disuntik dengan larutan alergen secara teratur dengan dosis yang makin meningkat, sampai tubuh bisa beradaptasi terhadap alergen dan tidak lagi memberikan respon alergi. Namun terapi semacam ini membutuhkan komitmen yang tinerggi, karena memerlukan waktu yang panjang, ketekunan menjalani terapi, dan biaya yang cukup besar.
************************************************************************************
Sumber :
DiPiro, et al. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (5th ed)
ISFI. 2008. ISO Farmakoterapi
ISFI. 2008. ISO Farmakoterapi
http://obtrando.files.wordpress.com/2010/03/rhinitis-alergi.pdf
http://zulliesikawati.wordpress.com/2010/12/02/rhinitis-alergi-dan-pengembangan-obat-herbal-untuk-alergi/