Teruslah berani melangkah dan capailah mimpi dan impianmu

Sabtu, 21 Januari 2012

MIsteri Great Blue Hole - Belize

Kita ketahui banyak berbagai macam bentuk keajaiban dunia. salah satunya yang patut dipertimbangkan untuk menjadi salah satu bentuk warisan dunia yang harus di jaga adalah Great Blue Hole....
Hmmm sepertinya masih terasa asing yaa....

The Great Blue Hole merupakan sebuah lubang paling besar di dunia dimana merupakan lubang pembuangan air besar di pesisir Belize. Itu terletak di dekat pusat Lighthouse Reef, dengan kecil 60 mil (96 kilometer) timur daratan Belize. Lubang ini bentuknya bulat sempurna, lebih dari 1.000 kaki (305 meter) dan dalamnya 480 di kaki (146 meter). Waaw ^:^






Misteri dari lubang besar adalah bagaimana dia membentuk menjadi lubang besar yang bahkan tertutup oleh birunya air laut. Jawabannya adalah terbentuk dari hasil dari runtuhan berulang-ulang dari suatu sistem gua batu kapur yang terbentuk selama permukaan laut yang lebih rendah pada saat perjalanan zaman es terakhir.  ketika dunia berada di bawah kekuasaan zaman es besar terakhir, permukaan laut di Bahama adalah hingga 150 meter lebih rendah dari saat ini. Selama waktu batugamping pulau-pulau itu terkikis oleh air dan jaringan gua besar dibuat. Ketika permukaan air laut naik lagi sekitar 10.000 tahun yang lalu sebagian dari isi perut runtuh dan terbentuk lubang Biru. Selama jutaan tahun di Blue Hole adalah sebuah gua kering yang besar dan stalaktit dan stalagmit perlahan-lahan terbentuk. Ketika zaman es terakhir berakhir ribuan tahun yang lalu, permukaan air laut naik untuk menutupi gua. Ketika menyelam di Blue Hole, Anda berenang di bawah apa yang tersisa dari langit-langit tua untuk melihat sisa stalaktit dan stalagmit.

Sebuah gempa bumi besar akan menyebabkan langit-langit gua runtuh membentuk lubang pembuangan, dan pergolakan memiliki efek miring Lighthouse Reef ke sudut sekitar 12 derajat. Sepanjang dinding gua ini adalah mantan overhang dan tepian, perumahan Pleistocene stalaktit, stalagmit, dan kolom.

Blue hole ini sangat terkenal di dunia terutama bagi para penyelam karena tempat ini merupakan arena yang cocok untuk menyajikan pemandangan laut yang menakjubkan dan tentunya penuh misteri.....
ara penyelam ini akan dibawa ke lokasi menggunakan pesawat kecil dari lapangan udara San Pedro, 72 km dari lokasi. Dari ketinggian3.963 meter, para penyelam dapat langsung terjun ke dalam Blue Hole. Petulangan mendebarkan ini sangat disukai para penyelam yg biasanya datang secara rombongan.

Mengapa warnanya terlihat sangat biru? Hal itu disebabkan kedalamannya menciptakan warna biru nila hingga terkenal dengan lubang biru.

Lalu apa saja yang ada di dalamnya? Berdasarkan pengalaman dari seorang penyelam didapatkan berbagai macam keanekaragaman seperti  angefish, butterflyfish, hamnlets, dan ikan kerapu kecil juga sering terlihat. Elkhorn karang yang tumbuh ke permukaan dan seafans ungu menyapu di permukaan air yang tenang, mereka nampak berkilauan kaya warna.

Dindingnya tipis dari permukaan sampai kedalaman sekitar 110 kaki (44 meter) di mana Anda mulai menemukan formasi stalaktit yang sebenarnya sudut kembali, yang memungkinkan Anda untuk menyelam di bawah overhang mengerikan. Air bergerak dan visibilitas mendekati 200 kaki (61 meter).

Daerah yang lebih dalam di dalam Blue Hole tidak mempunyai kehidupan melimpah karena dindingnya yang membatasi, sehingga mengakibatkan kurangnya sirkulasi air dan cahaya.lebih dalam menyelam ke dalam Blue Hole, yang jelas air dan pemandangan lebih menakjubkan, sebagai array aneh stalaktit dan formasi batu gamping yang membentuk tembok menjadi lebih kompleks dan intens.

Di sisi barat pada kedalaman 230 kaki (70 meter), ada pintu masuk melalui terowongan yang sempit ke dalam gua besar. Kegelapan total, stalaktit, stalagmit, dan kolom ada di dunia yang tidak terganggu.

Lantai ditutupi dengan endapan lumpur yang sangat halus gelombang ke awan-awan besar dengan sedikit gerakan dari penyelam yang sedang lewat. Di sudut terjauh, lorong sempit yang lain mengarah ke atas ke dalam sebuah gua dan yang lain ,emharah ke gua 2 dan 3, di mana terdapat sisa-sisa kerangka kura-kura yang tidak pernah menemukan cara keluar dari sana..

Sebagian dari terowongan diperkirakan dapat dihubungkan langsung ke daratan, meskipun tidak pernah secara meyakinkan terbukti. Daratan juga memiliki banyak lubang berisi air yang terhubung ke gua-gua dan terowongan.

Read More

Jumat, 20 Januari 2012

ES Krim Paling Enak

mmmm...
bingung mau nulis artikel dan ternyata dapat artikel yang ini...
Waah sekali-kali membahas artikel yang enak dan tentunya yummy^_^

Arrtikel ini diambil dari sebuah majalah kesehatan di Amerika yang mengadakan semacam test beberapa es krim, yogurth, dan sorbet yang tentunya aada di Amerika sana......
Penilaian berdasarkan atas rasa, nutrisi, dan ketersediaannya di seluruh wilayah Amerika. Dari test tersebut di dapat 5 merk es krim yang mereka yakini enak dan sehat. Waah langsung aja yang kita bahas takutnya makin penasaran.....
hehe YUMMY ^_^


1. Häagen-Dazs Mango Fat Free Sorbet


   
Sorbet dengan campuran buah tropis dan rasa mangga, hanya mengandung 120 kalori, 0 gram lemak, 20%RDA vitamin A, 10%RDA vitamin C dengan harga per porsi $3.

2.Haagen-Dazs Cranberry Blueberry Fat Free Sorbet


Pilihan rasa lain dari Haagen-Dazs, campuran buah cranberries dengan blubbery manis ini sangat menggoda. Dengan kontur seperti kue tart, sorbet ini tidak dilapisi dengan es krim rendah lemak, namun memiliki kandungan sekitar 100 gram kalori, 0 gram lemak, dan 8% RDA citamin C. harganya $3 per porsi.


3. Ben & Jerry’s Strawberry Ice Cream


Es krim stroberi dengan potongan stroberi asli, mengandung 170 kalori, 9 gram lemak, 15 % RDA vitamin C, 10% RDA calcium. Harganya $3.50 per porsi.




 
4. Ben & Jerry’s Black Raspberry Swirl Low Fat Frozen Yogurt

 Yogurt raspberry hitam dengan sentuhan raspberry hitam di tengah-tengahnya, Pembuatan dengan menggunakan campuran raspberry hitam dan merah asli. Dipadu dengan warna merah cream membuat  yogurth ini terasa seoerti es krim. sedangkan untuk komposisinya terdiri dari susu dan perasa yang aman buat kesehatan. Merk ini bukan hanya menyediakan yogurt, namun juga ada sorbet dan es krim penuh lemak.
Kandungan yang ada dalam satu porsi yogurt ini adalah 140 kalori, 1.5 gram lemak, 15% RDA kalsium. Harganya $3.5

5. Baskin-Robbins Light Aloha Brownie Ice Cream

    Waahhh kalo es krim ini kayaknya gak perlu dikenalin soalnya sudah banyak bertebaran dimana-mana tinggal harganya aja yang perlu ditimbangkan. Namun kalo itu menyehatkan mengapa tidak mencobanya sekali saja ^_^
     Es krim cokelat menyala dengan olesan gula-gula yang lunak serta potongan kacang Macadamia, satu pilihan bagi penyuka es krim yang enak dan lezat. Satu porsi mengandung 160 kalori, 6 gram lemak, 10% RDA kalsium. Harganya hanya $2/porsi.

***
Read More

Selasa, 17 Januari 2012

Jamsa Street Part 2

Suara hening perpustakaan membuat Naya semakin larut dalam bacaannya bahkan dia tidak akan merasa seseorang telah duduk disebelahnya.
“Kenapa kemarin teleponku tidak diangkat?”bisik Randy di telinga Naya. Hal itu sempat membuat Naya terkejut akan kedatangannya.
 “Maaf ......kemarin aku kerja lembur jadi gak sempat terima teleponmu.”
“Kalau begitu kau harus menebus kesalahanmu.”
“Baiklah... kau mau apa?”
“Kau harus ikut denganku SEKARANG.”
Randy segera menutup buku tebal itu dan menarik tangan Naya untuk segera ikut dengannya.   Naya sseakan sudah mengetahui akan dibawa kemana oleh Randy. Tidak lain adalah  rumah barunya Randy yang penuh akan ice cream. Randy segera menarik tangan Naya tanpa melihaat ekspresi muka Naya. 
“Kau tunggu disini, aku akan menyiapkan sesuatu yang spesial untukmu.”
Naya hanya tersenyum renyah melihat Randy yang begitu semangatnya mempersembahkan eksperimen terbarunya. Beberapa saat teman-teman Randy yang bekerja disana menegurnya. Memang Naya adalah seseorang yang paling sering mengunjungi Crown cafe. Segala sesuatu hal yang baru, Randy selalu akan mengajak Naya sebagai orang yang pertama menilai rasa cipta ice cream tersebut.
Namanya lemon ice cream. Cobalah...”
Naya pun memakan sesendok penuh lemon ice cream. Warnanya kekuningan dengan sepenggal buah lemon yang ditaruh pada pinggiran gelas ice cream tersebut dihidangkan. Baunya memang khas sebagaimana aroma lemon pada umumnya .
“Bagaimana rasanya?”
“Enak...”
“Hanya itu?”
Naya sempat bingung harus mengatakan apa lagi pada Randy. Dia memang merasakan suatu rasa yang lain pada mulutnya tapi dia bingung bagaimana mengungkapkannya. Naya memang seseorang yang menyukai es krim tapi hanya sebatas suka tidak berlebihan seperti halnya Randy yang memang tergila-gila akan es krim.
Wajah Randy sempat penuh penasaran terhadap Naya. Namun, gadis itu hanya diam saja dan melanjutkan makan es krim tersebut tanpa mengeluarkan sepatah kata apa pun.
“Kau tahu Naya, harum lemon ini akan membangkitkan semangat yang ada pada dirimu apalagi kalau kau merasa sangat lelah.”
“Benarkah?” Naya tersenyum tipis. Memang benar apa yang dikatakan oleh Randy, es krim ini membuat pikiran kita yang awalnya penuh dengan emosi serta beban yang banyak seolah-olah hilang di sapu oleh segarnya es krim ini. It’s perfect.
Sore itu Naya mengayuh sepedanya sendirian tanpa didampingi oleh Randy. Entah mengapa hari ini tingkah laku Randy berbeda seperti biasanya terhadap Naya.  Apa ini semuanya akibat Naya yang kurang respon terhadap es krim yang dibuat oleh kekasihnya itu atau ada hal lain yang disembunyikan oleh Randy. Entahlah itu siapa yang tahu. Naya hanya terdiam sambil mengayuh sepedanya.
***
It’s Sunday......
 A perfect day for holiday.  Naya telah siap dengan beberapa sandwich yang telah tersusun rapi pada kotak makanannya. Rencananya Randy telah berjanji dengan Naya untuk weekend bersama di rumahnya. Randy memang laki-laki yang mandiri. Dia tinggal di kota ini sendirian hanya rumah besar di tepi danau kecil pemberian dari sang ayah. Kedua orangtuanya sibuk kerja di luar negeri.
Sesampainya di sana, tampak rame sekali orang berkumpul di kafenya. Ini adalah suatu hal yang jarang terjadi, biasanya memang “Crown Cafe” ini tidak pernah sepi dari pengunjung tapi pada hari ini pengunjung yang datang lumayan banyak dari hari biasanya.
Naya pun sempat bingung apakah dia harus menemui Randy atau tidak karena Naya yakin Randy pasti sangat sibuk dengan banyaknya pengunjung di kafenya ini.  Tapi, setelah kesibukan ini dia bisa menghabiskan waktu berdua dengan Randy.
“Randy apa masih sibuk? Aku tunggu kamu di rumahmu sore ini.”
Sms itu pun terkirim. Nayapun hanya terduduk diam di pelataran halaman belakang Randy sambil melihat hijaunya air danau dan kesejukan pohon yang ada di sekitarnya. Matahari mulai menenggelamkan dirinya. Naya pun berdiri setelah sekian lama duduk menunggu namun tidak ada tanda-tanda kemunculan Randy. Raut wajah kecewa menyelimuti Naya. Apa Randy benar-benar lupa akan janjinya padahal dia bukanlah orang yang mudah untuk mengingkari janji. Naya tahu akan hal itu. 
Memang Naya kecewa, sedih, dan marah pada Randy.  Namun, entah angin bergerak kemana, Naya pergi ke cafe untuk menemui Randy. Ternyata benar Randy telah melupakan janjinya. Dibalik kaca itu terlihat Randy dengan tawa lebar penuh kepuasan bersama bersama teman-temannya. Perasaan sedih menusuk hatinya. Naya tidak marah kalau dia tidak diikutsetakan pada pesta keberhasilan Randy tapi yang membuat hatinya sangat kecewa mengapa Randy tidak memberitahunya. Entah kenapa akhir-akhir ini mereka sering bertemu, ketidakcocokkan sering menghinggapi keduanya. Mengapa hal itu harus terjadi, baik Naya maupun Randy pun tidak ada yang tahu.
Perasaan semakin menusuk seketika seorang wanita sangat dekat dengan Randy. Dia bukanlah saudara perempuan atau teman yang dikenal oleh Naya. Dia berbisik halus di telinga Randy entah apa yang mereka bicarakan. Tawa Randy yang lepas terhadap wanita itu membuktikan bahwa ada suatu hal yang tidak diketahui oleh Naya terhadap Randy. Naya tahu bahwa Randy tidak akan pernah mendekati seorang wanita terkecuali wanita itu punya hubungan dekat dengannya. Tapi hingga sekarang hanya lah dirinya sendiri dan kak Cindy, saudara perempuannya lah wanita yang paling dekat dengannya. Tidak ada yang lain.
Sepanjang perjalanan pulang, air mata Naya pun sedikit demi sedikit menetes. Sekarang semua perasaannya campur aduk. Naya bingung apa yang harus dilakukannya pada Randy. Kini dia harus membuat suatu keputusan.
***
“bagaimana menurutmu?”
“rasanya memang enak namun aroma blueberrynya kurang terasa...”
Randy hanya tersenyum puas. Windy memang benar. Teman kecilnya ini sudah tumbuh besar menjadi seorang wanita yang cantik, mandiri dengan segala kepintarannya yang ia bawa dari Australia. Randy memang memahami hal ini, Naya dan Windy sangatlah berbeda. Windy banyak memiliki kesamaan dengan dirinya baik dari segi hobi dan juga kebiasaan. Windy selalu  bersikap terbuka dibanding Naya yang cenderung suka menutupi masalahnya.  
Sudah 1 minggu ini hubungannya dengan Naya tidak ada. Hanya satu sms dari Naya yang menyatakan untuk tidak bertemu dengannya selama beberapa hari ini. Randy pun sempat kebingungan dengan sikap Naya yang berubah secara tiba-tiba ini. Randy sudah mencoba untuk menghubungi dan bertemu dengannya namun hal itu sia-sia. Naya akan selalu menghindar darinya, hal itulah yang membuat Randy menyerah dan merasa bingung apa yang salah dari dirinya.
Mereka berdua duduk terdiam didampingi dengan masing-masing secangkir chocolate hangat. Windy memandangi wajah Randy yang terlihat lesu tidak bersemangat seperti ada sesuatu yang dipendamnya. 
“Randy, boleh aku menyukaimu?”
Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut Windy.  Randy memandang muka Windy dengan  wajah terkejut. Tidak menyangka teman kecilnya ini telah memendam perasaan suka kepadanya sedari dulu.
“aku telah mengatakan hal ini pada pacarmu agar bisa melepaskanmu!”
Randy hanya terdiam kaku. Kini dia tahu alasan Naya selalu menghindar darinya. Tapi yang ia tidak mengerti adalah mengapa Windy melakukan hal ini?  Mengapa Windy harus mengungkapkan semua ini yang ia tahu bahwa hal ini akan berujung sia-sia? Lalu apa yang dijawab Naya setelah apa yang diungkapkan oleh Windy. Randy mengambil tas punggungnya dan segera pergi meninggalkan Windy yang hanya duduk terdiam memandangi secangkir chocolate yang berangsur dingin.
Naya melangkahkan kakinya menuju rumah. Mukanya terlihat lesu penuh kelelahan karena seharian ini dia harus melakukan tugas proyeknya yang banyak membuang energi dan juga pikiran. Namun hal ini akan semakin bertambah ketika terlihat Randy berdiri di depan kediamannya. Naya hanya memandang lemah Randy dan segera beralih melewatinya tanpa berkata apapun.
“Apa semua ini karena Windy?”
Langkah Naya terhenti seketika. Kini akhirnya Randy mengetahui apa yang terpendam dalam hatinya. Namun mengapa dia harus memberitahukan ini disaat kondisi Naya yang tidak memungkinkan. Ini membuat hatinya terasa sesak bukan karena tersakiti oleh Randy tetapi dia menyalahkan dirinya sendiri karena merasa tidak mampu menjaga Randy. Naya tahu tidak selamanya cinta itu harus memiliki kini dia harus membuat keputusan apa akan melepaskannya atau tidak.
Naya membalikkan badannya sambil memandang wajah Randy yang sangat menanti jawaban darinya.
“Aku tidak tahu apa aku harus melepaskanmu atau tetap memilikimu dengan kondisi kita yang selalu serba salah. Kini aku terlalu lelah untuk membicarakan hal ini. Bisa kah kita bicarakan nanti?”
Randy hanya terdiam membiarkan Naya memasuki pintu rumahnya tanpa melontarkan sepatah katapun.
***
Tinggal polesan terakhir dengan menaruh satu buah cherry di atas tangkup es krim barunya. Perpaduan es krim vanilla dengan daun pandan ditambah dengan warna merah cherry membuat warna es krim terlihat lebih cerah dan alami. Apalagi ditambah dengan aroma daun pandan yang khas membuatnya menambah keistimewaan es krim itu sendiri.
“Mau kau mau beri nama apa?”
“Entahlah.....”
Pandangan Randy terhadap es krim itu seketika hilang saat seorang wanita yang baru memasuki kafenya yang tidak lain adalah Windy. Selama beberapa hari ini dia terus memikirkan tentang hal itu dan sekarang Randy akan memberikan jawaban itu pada Windy.
***
Kini Naya kembali ke tempat dimana semuanya berawal, Jamsa street. Sepanjang jalan terasa sepi, daun-daun pepohonan sudah berguguran menandai berakhirnya musim gugur. Burung gagak pun mulai mencari tempat berlindung sebagai persiapan menghadapi musim dingin yang panjang.  Naya terhenti sejenak dan memandang sekelilingnya. Terngiang di pikirannya mengenai apa yang dikatakan oleh sehabatnya. Apa mitos itu benar? Apakah ketika kau berjalan di sini berdua dengan pasanganmu maka semua hubunganmu akan berakhir.  Jika itu benar, mengapa Naya harus percaya.  Haruskah semuanya beakhir? Tidak bisakah semuanya kembali seperti semula. Naya mulai menutup mulutnya menahan isak tangis yang semakin besar.
“Setiap detik namanya selalu terngiang di pikiranku. masih teringat jelas cara dia berbicara cara dia bercanda dan tertawa. Setiap hari setiap waktu hanya dia yang selalu kuingin hanya dia yang selalu kunanti tuk tersenyum meski ku tahu bahwa sekarang itu tak mungkin.” Pikir Naya.
Terasa  dingin terhempas angin yang menerobos di sela-sela tubuh Naya. Ia berkata dalam hati, seandainya dia ada disini didekatnya ,menemaninya, dan tertawa bersamanya. Naya hanya berharap Randy ada disini dan tersenyum padanya. Namun harapan itu tidaklah sia-sia. Seseorang telah berdiri di depannya sambil tersenyum riang.
“Ingatlah.. Aku tidak akan pernah melepaskanmu.”
Naya hanya tersenyum. Randy memegang tangannya dan mulai berjalan menyusuri indahnya dedaunan pepohonan yang berguguran. Entah Naya harus percaya atau tidak tentang mitos itu namun Jamsa street lah yang telah memisahkan dan membuatnya bersatu kembali dengan sang pujaan hati.
Satu hal lagi yang patut Naya sadari bahwa cinta seperti matahari,ia tetap bercahaya walau malam menjelma,cahayanya pada bulan tetap menerangi,terkadang ia juga gerhana,namun tetap akan kembali juga kecerahannya.
***

the end
by Puja
Read More

Jamsa Street Part 1

Naya hanya diam memandang wajah Randy. “ada apa?”
“Tidak ada”tangan Randy memegang tangan kecil Naya untuk terus berjalan. Sesekali Naya menengok ke belakang telah seberapa jauh dia menelusuri jamsa street.  Akan kah yang dikatakan teman-temannya benar. Seberapa jauh perjalanan cinta ini akan terus berjalan, apakah akan putus ditengah jalan. Entahlah hanya Tuhan yang tahu.
***
Sepeda putih itu terus dikayuh Naya dengan beberapa buku yang ada di rak sepedanya. Senyum dari wajah Naya terpancar di pagi cerah itu.  Jam menunjukkan pukul  09.05, sudah telat lima menit Naya pun mempercepat langkahnya ke suatu tempat.  “silahkan masuk”
Permisi…
“Oh, Naya masuklah... apa kau sudah menyelesaikannya?”
Naya pun menganggukan kepalanya dengan penuh keyakinan. “ ini beberapa desain yang telah saya buat. ........”
Profesor Alex memandang dengan serius hasil desain itu. “baiklah, nanti saya akan menghubungi kamu jika penilaian nya sudah selesai.”
“terima kasih pak”seraya membungkukkan setengah badannya.
“Naya....”teriak seorang cewek di ujung lorong sambil melambaikan tangan ke arahnya.
Naya pun membalas lambaian tersebut dan perlahan melangkah mendekati sahabat dekatnya, Taeyeon. “Bagaimana hasilnya?”
Naya mengelengkan kepalanya. “ku harap desainmu bisa diterima. Jadi, kamu bisa dipromosikan pada perusahaan itu. Kalau kamu berhasil, kau harus traktir ku satu hari penuh.” Naya hanya bisa tertawa kecil.
Beberapa tumpukkan buku tebal ada di hadapan Naya dengan kacamata yang terpasang di kedua matanya. Taeyeon hanya memandang dengan tatapan kosong terhadap temannya ini. Bukanlah suatu hal yang mengejutkan jika Naya bisa diberikan kesempatan untuk dipromosikan di suatu perusahaan jika setiap hari dia terus bertemu dengan buku-buku tebal ini.
“kemarin kami berdua ke Jamsa street...”
Apa???”muka Taeyeon yang pada mulanya bosan setengah mati seketika terkejut dari perkataan temannya ini.
“baa...gaimana bisa, kan sudah ku katakan jangan pernah ke sana. Soalnya aku pernah mengalaminya.”
“aku hanya ingin mencoba sejauh mana kebenaran akan mitos itu.”
“Tapi Naya semestinya kau harus belajar dari pengalamanku. Seharusnya dari dulu tidak ku katakan tentang hal ini..” jawab Taeyeon lesu. Naya hanya terseyum kecil dan melanjutkan membaca buku itu.
***
Sekerumbunan orang telah memenuhi sebuah kedai. Seorang kakek tua sibuk melayani pelanggannya yang begitu banyak. Memang kedai kakek tidak ada tandingannya. Makan sekali saja maka akan membuat pelanggannya terus ketagihan akan lezatnya Shepherd's Pie yang merupakan perpaduan tumisan daging sapi cincang dengan wortel dan kacang merah, lalu ditutup dengan mashed potato yang diaduk dengan susu ditambah dengan butiran keju. Walaupun begitu, beliau tidak akan sanggup jika bekerja sendirian apalagi telah menginjak umur tua. Makanya dari itu, kakek mengizinkan Naya untuk kerja sambilan di kedainya. Sejak itu pula hubungan mereka pula sangatlah dekat seperti kakek dengan cucunya.
Aah, Naya syukurlah kau datang. Ayo cepat,..”
“Baik, kek”buru-buru Naya meletakkan tas dan bukunya kemudian membantu mengantarkan pesanan ke pelanggan yang semakin bertambah. “tidak biasanya pelanggan kita banyak kek?”
“Kenapa? Kau tidak suka?” cetus kakek sambil menyiapkan makanan untuk pelanggannya.
Ahh, tidak aku malah bersyukur, sehabis ini kita harus merayakannya kek.”Sang kakek hanya bisa tersenyum renyah penuh rasa senang.
Perasaan bahagia terpancar dari wajah kakek. Walaupun dulu harus hidup susah sebatang kara mengahadapi kerasnya kehidupan. Namun, sekarang ia bisa memetik hasilnya. Itulah yang membuat Naya senang dan begitu bangga terhadap kakek.
Malam semakin larut, rasa letih menjalar dari ujung kaki hingga ujung kepala. Naya seolah tak sanggup lagi mengayuh sepedanya namun secepatnya dia harus pulang dan merebahkan dirinya. Bangunan dengan kombinasi warna krem dan abu-abu  telah didepan matanya. “Akhirnya sampai juga.” Gumam Naya.
***
Kringgg.......
Naya perlahan membuka matanya tepat pukul 08.15 pagi.
“Astaga, aku telat!”
Dengan kecepatan penuh Naya segera mandi, berbaju, dan menyiapkan segala sesuatu untuk persiapan kuliah pagi ini. Tanpa disadari dia melupakan suatu hal yang penting yaitu Randy yang telah menunggu lama di depan pintu rumahnya.
“Ehmmmm.....selamat pagi chibi.”
Begitulah panggilan nakal Randy menghadapi kekasihnya yang kecil imut-imut itu. Randy tersenyum kecut sepertinya kesal dengan tingkah laku naya pagi ini.
“Sudah lama?...”
“Mungkin sekitar 2 jam yang lalu..”
Naya semakin memasang wajah cemberut dari perkataan Randy. Namun walaupun begitu rasa marah itu akan hilang dengan cepatnya ketika dia dekat dengan Randy. Setiap pagi Randy akan selalu menunggu Naya di depan rumahnya. Dalam situasi bagaimanapun Randy selalu menyempatkan dirinya untuk selalu pergi bersama-sama tiap paginya.  
Dengan cepat  keduanya mengayuh sepeda mereka dan memarkirkannya. Naya tampak sangat tergesa maklum hari ini prof. Hwang yang terkenal sebagai dosen killer akan mengisi materi kuliah Naya untuk pagi itu. Sedangkan Randy hanya tersenyum kecil memandang muka Naya yang penuh dengan ketakutan. Kemudian keduanya pun berpisah. Naya masuk dalam jurusan arsitek karena hobi dan bakatnya yang memang tertanam dari sang Ayah yang juga seorang arsitektur ternama. Sedangkan Randy masuk dalam jurusan Tata Boga dengan keahliannya sebagai juru masak.
            Randy  memang punya keahlian dalam bidang memasak dengan kedua tangannya dia bisa menghasilkan makanan yang rasanya tiada duanya. Walaupun begitu, sebenarnya dia hanya tertarik pada satu hal yaitu ice cream. Apapun akan dia lakukan demi menciptakan nilai rasa baru pada ice creamnya. Hingga sekarang dia terus berusaha berekspremin membuat segala macam ice cream yang bisa membuat para pelanggan dan dirinya puas. Hal itu lah yang membuat dia berhasil mendirikan sebuah cafe yang penuh dengan bermacam hidangan ice cream.
***

to be continued
by Puja
Read More

Celengan Part 2

“Aku pergi dulu...”
Surya meninggalkan rumah kecil sebagai tempat tinggalnya sementara disaat rumah yang dulu sedang diperbaiki. Sepedanya ia kayuhkan untuk pergi ke sekolah. Karena letaknya yang jauh, Surya harus pergi lebih pagi agar tidak terlambat. Maklum, letaknya dari sekolah agak lebih jauh dari rumah yang terbakar.
Ujian Akhir Nasional semakin dekat. Rasa gugup dari diri Surya sering muncul, ia harus lebih giat belajar di samping membantu kedua orang tuanya memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
“Surya, sepulang sekolah ini kami mau belajar bersama. Kau mau ikut?”
“Ehm, sepertinya tidak bisa... maaf yaa.”
Teman-teman Surya pun tidak ada yang menentang, mereka seakan mengerti kondisi yang dialami oleh Surya. Mereka hanya bisa membantu Surya sebatas kemampuannya berharap semua yang mereka lakukan setidaknya dapat membantu kehidupan Surya.
“Gorengan, gorengan, gorengan....”
Teriakan Surya dengan gorengan yang ditaruh dibelakangnya. Surya terus menawarkan jualannya pada orang sekitar. Sayang untuk hari ini hanya sedikit jualannya yang laku namun apalah itu semua harus tetap disyukuri.
“Seribu, dua ribu....”
Uang jajan yang telah ia simpan dimasukan ke dalamnya. Memang untuk beberapa waktu ini isi celengan itu tidak bertambah banyak seperti sebelumnya. Maklum, sejak musibah itu terjadi, tentunya pengeluaran semakin banyak. Kebakaran itu telah menghabiskan setengah dari harta keluarga Surya dan perlu waktu yang cukup lama untuk kembali seperti kehidupan semula.
“Harun, jangan ganggu kakakmu yang sedang belajar...”
Surya hanya memberikan senyuman kecil pada Harun yang sepertinya ingin bermain bersamanya. “Maaf ya Harun, kakak harus belajar dulu. mainnya nanti saja ya?”
“Harun!” Ucapan terlontar dari sang ibu yang menegur keras Harun. Harun hanya bisa diam dan lari menjauhi sang kakak. Surya mengganti lembaran dari buku Biologi yang dibacanya. Dua bulan lagi dia harus menempuh ujian kelulusannya. Surya harus mengurangi waktu kerjanya untuk belajar lebih banyak. Doa pada Tuhan pun tak luput ia lakukan.
“Semoga aku bisa lulus dan dapat meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi.”
Sebuah kerja keras akan membuahkan sebuah hasil yang memuaskan. Begitupula dengan Surya tidak akan pernah putus asa untuk mencapai apa yang diimpikannya. Ujian telah di depan mata, sudah saatnya mematangkan diri untuk lebih serius belajar. Penjelasan dari sang guru tak luput dari catatan Surya, sepertinya Surya sangat berkonsentrasi dalam pelajaran satu ini hingga suara panggilan seorang guru kepadanya sempat terhiraukan.
“Surya, bisa keluar kelas sebentar?”
Berita itu sepertinya mengejutkan Surya. Tangan gemetaran membereskan buku yang ada di meja. Tas telah dirangkul pada bahu sepertinya harus meninggalkan pelajaran pada waktu ini.
“Surya, ada apa?”
Surya hanya menatap temannya dengan mata merah, diam kemudian pergi. Surya menyalami tangan bu guru dan dia pun hanya menepuk bahu Surya agar bisa tenang dan tidak panik.
“Hati-hati di jalan.”
Surya mengayuh sepedanya dengan sangat kencang. Perasaannya sekarang tidak menentu penuh dengan rasa takut, panik, dan khawatir. Semoga tidak terjadi apa-apa, itulah harapan Surya saat ini. Rumah Sakit Srimulia telah di depan mata, segera ia parkirkan sepedanya dan berlari ke ruang UGD. Matanya terus mencari dimanakah mereka, ayolah Surya kau harus menemukannya. Sosok wanita yang tak lain adalah ibunya sedang duduk penuh kecemasan.
“Mama, bagaimana keadaan Harun? apa tidak apa-apa?”
Sang ibu  hanya memeluk anak laki-lakinya itu. Surya tahu ibunya sangat cemas dan takut sesuatu yang lebih buruk akan terjadi pada anak bungsunya itu. Ini pertama kalinya Harun harus dirawat di rumah sakit, Harun adalah seorang anak yang sangat jarang terkena penyakit dan tentunya kondisi sekarang ini sangat mengejutkan bagi Surya dan orang tuanya.
“Kata dokter, Harun terkena penyakit Tipus. Sepertinya untuk sementara dia harus dirawat disini sampai keadaanya pulih kembali.” Sang ayah datang menepuk pundak istrinya.
“Tidak akan terjadi apa-apa. Asalkan Harun bisa makan banyak, pasti cepat sembuh.” Ayah tersenyum menghibur mereka berdua.
Harun telah dipindahkan ke ruang rawat.Sepertinya dia tertidur pulas walaupun demamnya masih tergolong tinggi. Ibu Surya terus berada di samping Harun dan tidak berpindah kemanapun. Beliau hanya ingin melihat anak kecilnya itu bisa membuka mata dan tertawa ceria seperti biasanya.
”Sebaiknya kau pulang, sudah hampir malam. Biar mama yang jaga Harun.”
Surya hanya menganggukkan kepanya. Sebelum pergi, ia membelai lembut kepala sang adik dan berharap besok ia dapat melihat sang adik mulai tertawa dan tersenyum kembali.
Sepertinya untuk malam ini Surya harus menghabiskan waktunya dengan kesendirian. Tak ada suara teriakan Harun yang memaksanya untuk ikut bermain, tak ada suara sang ibu yang memanggilnya untuk makan malam dan suara sang ayah yang sering bercanda dengannya dan adiknya. Sunyi senyap, Surya mengeluarkan beberapa uang logam seratus dan lima ratus rupiah untuk dimasukkan ke celengannya. Surya tersenyum, sekarang celengan itu mulai terisi penuh. Sepertinya dia harus mempersiapkan celengan baru lagi. Melihat celengan itu setidaknya membuat Surya sedikit gembira dan bisa melupakan sedikit tentang kekhawatirannya pada Harun.
***
“Sepertinya sudah lengkap.”
Beberapa baju Harun telah disiapkan dalam satu tas besar. Perasaan Surya mulai membaik karena Harun mulai membaik dan bercanda layak anak kecil seumuran mereka. beberapa mainan kecil kesukaan Harun tak luput ia bawakan. Surya meneruskan langkah ke ruang rawat Harun, namun sebelum masuk, dia melihat kedua orang tuanya sedang serius mendiskusikan sesuatu.
“Sepertinya Bapak harus meminjam uang buat pengobatan Harun.”
“Kenapa harus pinjam? kenapa tidak pakai uang simpanan saja? Kalau terus meminjam, hutang kita akan makin bertumpuk.”
“Tapi uang simpanan itu hanya cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari saja dan juga membiayai sekolah Surya.”
“Terserah bapak saja, mama hanya ingin yang terbaik buat kita semua.”
Surya hanya bisa berdiri di balik dinding itu. Semua pembicaraan itu mengingatkan dia bahwa kondisi ekonomi keluarganya tidaklah baik. Surya hanya bisa duduk di ruang tunggu. Tas itu hanya tergeletak di sampingnya. Surya hanya bisa merenungkan semua ini.
“Apakah sesulit ini?” ia bergumam pelan, “Apa yang bisa ku lakukan untuk mereka? apa aku hanya bisa diam saja melihat kedua orang tuaku sedang kesulitan?”
“Tuhan, berikan aku jalan...” Bisik Surya dalam hati.
“Surya...kenapa di sini?” Suara sang ayah mengejutkan Surya. “Sebaiknya temani adikmu, untuk hari ini bapak tidak bisa menjaga mereka karena harus mengantar orang meninggal.”
“Jadi, tolong jaga mereka ya...” Ayah hanya menepuk pundak Surya. Senyuman terpancar dari wajahnya. Apakah senyuman itu benar-benar sebuah senyuman? Tapi, Surya yakin pasti dibalik senyuman itu terdapat sebuah beban besar yang harus ditanggungnya.
Tiba-tiba Surya teringat akan celengannya. Mata Surya terbuka sedangkan Harun masih tertidur pulas. Tuhan telah memberikan jalan padanya lewat celengan itu.
“Aku bisa menggunakan celengan itu untuk membiayai pengobatan Harun.”
Surya pun tanpa pikir panjang pulang ke rumah mengambil celengan itu. Memang celengan itu adalah harapan Surya untuk meraih impiannya, tapi impian masih dapat diraih dengan usaha lain, berbeda dengan Harun yang sedang kesakitan. Mungkin celengan ini bisa membantu kondisi orang tuanya. Surya hanya ingin mereka bisa tersenyum dengan lebarnya tanpa ada beban berat dibaliknya. Inilah usaha kecil yang Surya bisa lakukan.
“Mbak, saya ingin membayar administrasi atas perawatan Harun Yudasari.”
Surya mengeluarkan celengan itu dari tasnya kemudian ia serahkan pada pegawai itu. Dia  hanya bisa memandang aneh pada Surya. Mungkin ini adalah sesuatu yang aneh yang pertama kali dilihatnya.
“Maaf, sepertinya saya tidak bisa menerima ini. Apa anda tahu berapa jumlah uang yang ada dalam celengan ini? Anda harus membayar biayanya sebanyak satu juta rupiah. Apakah celengan ini cukup untuk membiayai semua ini?”
Ucapan itu membuat Surya sedih, ia hanya bisa mengucapkan maaf pada nona itu.
“Hei, nak... tunggu sebentar.” Seorang bapak menghentikan langkahku.
“Biar bapak bantu kamu menghitung uang yang ada di dalamnya, mungkin saja uang dalam celengan ini cukup untuk membiayai perawatan adikmu.” Senyuman bapak itu menghapus semua kekecewaan Surya pada orang itu. Surya pun yakin bahwa usaha jerih payahnnya dalam celengan ini tidak berbuah sia-sia.
Celengan itu telah pecah. Mereka pun segera menghitung uang yang ada di dalamnya.
“700.000.... tidak akan cukup.” kekecewaan terpancar di muka Surya.
“Jangan begitu, melihatmu berusaha keras membantu adikmu membuat ku tersentuh. Jarang ada anak yang mau memecahkan celengannya hanya untuk membiayai adiknya. Tenanglah, aku akan membantu mu menutupi kekurangannya.”
“Terima kasih...” Surya hanya bisa menundukan kepalanya dengan tangisan gembira.
Setelah itu, bapak itu membantu Surya menyerahkan uang itu. Beliau juga membantu menyelesaikan beberapa urusan administrasi adiknya. Diskusi kecil sempat terjadi diantara keduanya. Surya hanya menatap berharap semua ini tidak akan sia-sia. Bapak itu kembali dan tersenyum pada Surya.
“Berhasil, ini kwitansi pembayarannya. Kamu harus menyimpannya baik-baik.”
“Terima kasih pak, anda sangat membantuku...”
“Surya...” sang ayah tepat berdiri di depan Surya. Langkah kecil Surya dengan mata merah dan senyuman kecil terus mendekati ayahnya.
“Ayah ini kwitansi pembayaran pengobatan Harun.” Untuk beberapa saat ayah Harun hanya bisa terdiam.
“Dari mana kau dapat uangnya?”
“Aku memecahkan celengan ku. Aku hanya ingin membantu Harun saja. Bapak jangan marah ya? Aku benar-benar ikhlas melakukan semua ini. Semua ini kulakukan karena aku sayang pada Harun.” Air mata Surya membasahi pipinya. Sang ayah yang hanya diam tanpa kata. Beliau pun merendahkan dirinya dan memeluk Surya.
“Terima kasih nak, Bapak berhutang budi padamu.”
***
“Maaf celengan, aku harus memecahkanmu. Ternyata benar aku harus menggantinya dengan yang baru.”
Pecahan celengan itu masih ada di tempat Surya. Sungguh sulit untuk membuangnya. Celengan itu sangat memberikannya banyak kenangan baik manis maupun pahit. Suara riang Harun bermain bola membuat Surya merasa bahwa usahanya selama ini tidaklah sia-sia. Kini dia merasa lebih baik hingga dia mendapatkan berita yang membuatnya patut bangga akan dirinya. Surya berhasil lulus Ujian Akhir Nasional dan mendapat predikat lima besar terbaik di kabupatennya.
Kebahagian, kepuasan, dan rasa syukur terpanjat dari diri Surya. Namun, rezeki itu kata orang tidak akan pergi kemana-mana. Bapak yang membantu Surya saat di rumah sakit datang ke rumahnya. Ternyata bapak itu bekerja di sebuah dinas pendidikan dan mengajak Surya untuk ikut beasiswa prestasi. Tentu saja kesempatan itu takkan dibuang.
“Mama...Surya lulus dan bisa dapat beasiswa bersekolah di Jawa.”
Sang ibu memeluk Surya dengan erat mendengar kata-kata Surya barusan itu. air matanya tak berhenti dan rasa syukur yang sangat luar biasa.
“Kini, aku bisa berdiri sendiri, aku bisa meraih impianku pergi ke pulau Jawa, aku bisa membanggakan orang tuaku, dan tentu membuat senyuman mereka menjadi benar-benar sebuah senyuman hangat pada anaknya.”
“Tuhan, terima kasih atas semua rezeki ini. Apakah ini balasan dari celengan itu. Mungkin tanpa celengan itu aku tidak bisa berdiri di sini dengan menatap masa depan yang cerah. Mungkin celengan itu telah pecah untuk membantu adikku, tapi celelengan ini jualah yang mengantarkannku sampai di sini.”
Surya menatap langit siang yang cerah. Kini ia memakai seragam putih abu-abu dan tentunya sekarang dia berada di pulau Jawa tempat yang lama diimpikannya. Ia akan terus belajar terus belajar dan tentunya kerja keras untuk menggapai impiannya yang lain.
 “Sepertinya, aku butuh celengan baru....”
                                                                               ***

end
by Puja
Read More

Celengan Part 1

“lima ribu, enam ribu, tujuh ribu.....”
Senyum lebar terlihat dari wajah Surya. Hampir semua gorengan telah laku terjual. Tiba saatnya untuk pulang. Matahari mulai menenggelamkan dirinya, langit telah memancarkan warna senjanya.  Kayuh sepeda ia injak dari satu rumah kerumah lainnya. Suara azan maghrib pun berkumandang, kayuh sepeda semakin cepat ia kayuhkan.
“Assalamualaikum...”
“Kenapa pulang telat? Cepat sholat nanti terlambat.”
Lepaskan sandal, segera mengambil air wudhu dan pergi ke masjid. Setiap hari Surya selalu menyempatkan waktu untuk sholat berjamaah di masjid karena selain letaknya yang dekat dan merupakan sebuah kebiasaan yang ditanamkan dari kecil oleh kedua orang tuanya. Sepanjat doa ia utarakan kepada Tuhan setelahnya.
“Bapak belum pulang ya bu?”
 Surya tanyakan itu pada ibunya yang sedang sibuk membuat kue pastel untuk dijual. Memang dia menganggap ibunya  adalah wanita yang paling hebat didunia ini. Semua yang ia buat pasti terasa enak di lidahnya ini dari kue pastel, gorengan, kue cincin, dan banyak lagi. Setiap pagi beliau akan menjajakannya di pasar. Kemudian sore harinya Surya yang bergantian menjualkannya di tempat lain sebagai hasil tambahan.
“Ohh, bapak lagi mengantar mayat ke luar kota, mungkin tengah malam baru pulang.”
Surya bisa memaklumi pekerjaan ayahnya yang bekerja sebagai perawat di rumah sakit. Apa saja dapat ia lakukan seperti  halnya menjadi supir yang mengantarkan orang yang telah meninggal. Memang hal ini membuatnya kagum dengan beliau. Sungguh pekerjaan yang sangat mulia, Surya patut bangga pada ayahnya.
***
Seragam putih biru telah siap dikenakan. PR dari bu guru telah diselesaikan, buku pelajaran untuk hari ini telah tersusun rapinya di tas. Saatnya untuk berangkat.
“Kakak, ikut...”
Suara keras Harun yang berlari kehadapan Surya yang mau beranjak pergi ke sekolah.
“Harun gak boleh ikut. kakak mau sekolah, bukan mau bermain. Sekarang Harun temani mama pergi ke pasar yaa?”
Senyuman polos Harun membuat hati Surya tenang. Memang Harun masih kecil setidaknya berumur 3 tahun namun dia sangat pengertian. Sangatlah menyenangkan menghabiskan waktu bersamanya.
Suara ramai semakin terdengar jelas dari kelas Surya. Balon warna-warni beserta pita yang bergantungan di dinding dan dilangit atap mengisi ruang kelas Surya. Sepertinya Surya melupakan suatu hal penting pada hari ini. Sebuah kue ulang tahun terletak di atas meja kecil dan seutas ucapan selamat ulang tahun pada sang wali kelas tertulis di depan papan tulis. Bu guru pun datang dengan lantunan lagu selamat ulang tahun  pada beliau.  Surya hanya bisa terduduk sambil tersenyum dan melantunkan lagu yang sama bersama teman-temannya.  Saatnya untuk berfoto bersama, Surya maju ke depan bersama teman-temannya saling merapatkan diri dan tersenyum turut berbahagia atas semua ini. Namun, setelah itu sepotong kue terlempar ke muka Surya.
“Happy birthday Surya”
Teriakan keras teman-teman mengejutkan Surya yang baru teringat bahwa hari ini bertepatan juga dengan hari kelahirannya. Sungguh suatu kejutan yang luar biasa. Ucapan selamat silih berganti dari teman-temannya.  Benar-benar hari yang tak akan terlupakan dalam kehidupannya. Seluruh baju seragam Surya penuh dengan tepung terigu dan muka yang hancur akibat lemparan kue dari beberapa temannya.
Sampai di rumah, suara tawa keras keluar dari mulut kakak sepupu Surya, Mona yang sedang berdiri di depan rumahnya. Surya sangat dekat dengan Mona hingga menganggap sebagai kakak kandungnya sendiri.
“Waah, sepertinya adikku dikeroyok banyak orang yaa..” ucapnya sambil tertawa keras.
“Aduh, Surya kotornya, cepat ganti baju sana!” sang ibu dengan tegas, sepertinya mau meledak dengan keadaan Surya yang seperti ini.
Kedatangan Mona sepertinya memang khusus untuk merayakan ulang tahunnya walaupun harus menempuh perjalanan selama tiga jam untuk ke tempat Surya. Dia sengaja mengajak Surya serta yang lainnya untuk ikut merayakan dengan makan bersama disuatu rumah makan. Hidangan Ketupat Kandangan dengan lahapnya Harun santap saat itu. Sepertinya dia memang sedang kelaparan. Surya hanya menatap geli terhadap kelakuan adiknya itu.
“Ini hadiah ulang tahunmu” Suatu benda Mona keluarkan dari suatu kantong plastik, sepertinya berukuran besar.
“Celengan?” ucap Surya dengan heran
“Hmm, celengan kenapa? Hadiah yang baguskan?”Mona menambahkan.
Sungguh untuk pertama kalinya ada seseorang yang memberi suatu hadiah ulang tahun pada Surya berupa celengan, apalagi berbetuk ayam. Menurut Surya itu cukup menggelikan.
“Dulu kau pernah bilang bahwa kau ingin sekali pergi ke pulau Jawa kan? Dan celengan inilah cara untuk pergi ke sana. Kau mengertikan, kenapa aku memberikannya?”
Surya hanya tersenyum sambil memegang celengan pemberian kakaknya itu. Memang pergi ke pulau Jawa adalah impian Surya, mau pergi ke kota mana saja asalkan berada di pulau Jawa dia akan merasa puas. Mungkin celengan inilah yang akan membuka jalannya untuk pergi ke sana ketempat impiannya.
Tiga lembar uang seratus ribu rupiah dari Mona ia masukan ke dalam celengan itu, kemudian disusul dengan uang simpanan yang sering ia simpan dikotak kecil. Satu persatu uang itu masuk ke dalam sana seperti satu persatu langkah Surya menuju ke tempat impiannya.
***
Satu setengah bulan tak terasa telah berlalu. Celengan itu sepertinya telah mulai terisi banyak. Senyum lebar terpancar dari wajah Surya.
“Surya, mau ikut mancing?” Sang ayah sedang mempersiapkan beberapa alat pancing. Memang beberapa hari ini adalah cuaca yang bagus untuk memancing lumayan dapat ikan untuk dimakan pada malam harinya.
“Mama, Surya pergi dulu yaa...”
Suara bunyi sepeda motor sepertinya tidak menganggu tidur siang Harun yang terbuai dalam mimpinya.  Biasanya Surya dan ayahnya akan pergi memancing di sungai dan jaraknya pun lumayan jauh dari rumah. Walapun melelahkan namun karena ini adalah sebuah hobi maka semua lelah yang ada di tubuh tak akan terasa.
“Surya, sepertinya malam ini kita bisa  makan besar.” Raut wajah sang ayah yang gembira membuat hati Surya ikut merasakan kegembiraan itu juga.
“Ahh, bapak saya dapat ikan!”
Rasa puas dan senang semakin menambah kelengkapan hidup Surya pada hari ini. Seekor ikan gabus besar ia dapatkan dengan susah payah setelah menunggu lama akhirnya berbuah tidak sia-sia. Bau harum dari bumbu yang ibu masakan semakin menambah kelezatan makan malam ini apalagi ditambah dengan ikan hasil tangkapan sendiri. Bahkan sepertinya Surya dan adiknya tidak cukup dengan satu piring saja. 
“Mama tambah lagi” ucap Harun sambil mengunyah nasi yang masih ada dalam mulutnya.
“Sepertinya aku akan tidur nyenyak pada malam ini.” Pikir Surya.
Malam semakin larut jam menunjukkan pukul satu malam. Tiba-tiba saja lampu padam. Sejenak Surya terbangun namun segera melanjutkan tidurnya. Tidak lama suara dentuman keras dari celengan yang jatuh mengejutkan Surya yang tertidur lelap. Bagaimana celengan ini bisa jatuh apakah seekor kucing yang menjatuhkannya. Memang pintu kamar Surya pada saat itu sengaja untuk tidak ditutup. Bau asap tercium dari hidung Surya. Perasaan Surya pun mulai tidak enak.
“Kebakaran, kebakaran!”
Surya yang sedang tertidur segera bangkit dan melihat warna merah menyala yang ada di belakang jendelanya. Suara ketuk pintu terdengar keras. Ayah dan ibu yang baru saja bangun sangat terkejut.
“Surya, cepat bawa Harun keluar!”
Surya pun dengan segera mengangkat adiknya yang tidak mengetahui apapun. Langkah Surya pun semakin cepat untuk keluar dari rumah. Satu rumah kayu di belakang rumahnya sudah habis terbakar mungkin sasaran api selanjutnya adalah rumah Surya. Rasa panik, gemetar, dan pikiran kosong sempat menghampiri Surya. Harun yang melihat warna merah di langit mulai takut dan menangis kencang.
“Apa yang harus kulakukan?” pikr Surya panik. Tangan Surya memeluk erat menenangkan sang adik yang menangis keras. “Dimana ayah dan ibu? Apa mereka selamat? Kenapa pemadam kebakaran yang baru datang cuma satu saja? kemana yang lainnya?”
Mata Surya mulai berair. Rasa khawatir dan tidak percaya membuat tubuhnya tidak berdaya sepertinya rumah bagian belakang telah mulai dilahap si jago merah itu.
“Surya, Harun, jangan mendekat ke sini, berbahaya!” Ayah Surya yang panik mengangkut barang-barang berharga yang mungkin bisa diselamatkan.
“Celenganku?” entah mengapa pikiran itu terlintas begitu cepat di kepala Surya. “Roni, aku titip Harun bentar ya!”
Dengan cepat Surya pergi untuk mengambilnya. Harun pun ia tinggalkan di pinggir jalan bersama temannya. Segerombol orang berkerumun di depan rumah Surya. Mereka saling membantu menyiramkan air yang mulai merambat ke rumahnya. Ada juga yang membantu ayah Surya untuk mengangkut barang untuk diselamatkan. Sedangkan ibu, Surya pun tak tahu keberadaanya. Entah kerasukan setan atau apa, yang sekarang ada dipikran Surya hanyalah celengan itu. Namun seseorang menarik tangan Surya yang tak lain adalah ayahnya sendiri.
“Jangan masuk ke dalam, berbahaya!”
“Celenganku pak....”
“Biar bapak yang ambilkan!”
Surya  tidak sadar bahwa tindakannya itu bisa saja membahayakan dirinya sendiri dan tentunya sang ayah yang sedang mengambilkan sebuah benda yang sangat berarti itu. Tapi, begitu ia menyadarinya, api sudah semakin besar, percik-percik api mulai berjatuhan dari rumahnya yang mulai terbakar habis.
“Pak, bapak...”
Air mata Surya mulai jatuh. Perasaan bersalah mulai masuk ke dalam dirinya. Tidak seharusnya dia menyuruh ayahnya melakukan hal berbahaya seperti hanya untuk sebuah celengan. Ayah cepatlah kembali, itulah permohonan Surya untuk saat ini. Ternyata benar sang ayah kembali dengan celengan yang ada di tangannya. Setelah itu api itu benar-benar melahap rumah Surya.
Sejak kejadian itu, ayah Surya tidak bisa berbicara selama satu hari, ibunya pun sempat berkali-kali pingsan tak percaya dengan semua ini. Surya hanya bisa duduk menyandarkan dirinya ke dinding. Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Dia hanya bisa memegang celengan yang ada ditangan kanannya.
“Kau tidak apa-apa? Sejak pagi kau tidak bicara apapun?”
Mona duduk di sebelah Surya. Mereka duduk berlawanan arah. Beberapa kali Mona menatap wajap sayup Surya. “Aku yakin Tuhan pasti menunjukan jalan yang terbaik bagi kita. Cobaan ini mungkin salah satunya untuk kita bisa menginstropeksi diri menuju jalan yang terbaik.”
“Surya, bersabarlah. Terimalah semua cobaan ini. Tuhan melakukannya karena sayang padamu.” Tambah Mona lagi.
Mata Suryapun memerah. Dia menelungkupkan kepalanya diantara kedua tangannya yang terlipat di atas lututnya.  Suara isak tangis Surya benar-benar terdengar. Mona hanya bisa menempuk pundaknya. Semoga cobaan ini dapat ia lalui dengan tabah.
***
continued
by puja
Read More

© Puja Indah Anggraeni, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena