Suara hening perpustakaan membuat Naya semakin larut dalam bacaannya bahkan dia tidak akan merasa seseorang telah duduk disebelahnya.
“Kenapa kemarin teleponku tidak diangkat?”bisik Randy di telinga Naya. Hal itu sempat membuat Naya terkejut akan kedatangannya.
“Maaf ......kemarin aku kerja lembur jadi gak sempat terima teleponmu.”
“Kalau begitu kau harus menebus kesalahanmu.”
“Baiklah... kau mau apa?”
“Kau harus ikut denganku SEKARANG.”
Randy segera menutup buku tebal itu dan menarik tangan Naya untuk segera ikut dengannya. Naya sseakan sudah mengetahui akan dibawa kemana oleh Randy. Tidak lain adalah rumah barunya Randy yang penuh akan ice cream. Randy segera menarik tangan Naya tanpa melihaat ekspresi muka Naya.
“Kau tunggu disini, aku akan menyiapkan sesuatu yang spesial untukmu.”
Naya hanya tersenyum renyah melihat Randy yang begitu semangatnya mempersembahkan eksperimen terbarunya. Beberapa saat teman-teman Randy yang bekerja disana menegurnya. Memang Naya adalah seseorang yang paling sering mengunjungi Crown cafe. Segala sesuatu hal yang baru, Randy selalu akan mengajak Naya sebagai orang yang pertama menilai rasa cipta ice cream tersebut.
“Namanya lemon ice cream. Cobalah...”
Naya pun memakan sesendok penuh lemon ice cream. Warnanya kekuningan dengan sepenggal buah lemon yang ditaruh pada pinggiran gelas ice cream tersebut dihidangkan. Baunya memang khas sebagaimana aroma lemon pada umumnya .
“Bagaimana rasanya?”
“Enak...”
“Hanya itu?”
Naya sempat bingung harus mengatakan apa lagi pada Randy. Dia memang merasakan suatu rasa yang lain pada mulutnya tapi dia bingung bagaimana mengungkapkannya. Naya memang seseorang yang menyukai es krim tapi hanya sebatas suka tidak berlebihan seperti halnya Randy yang memang tergila-gila akan es krim.
Wajah Randy sempat penuh penasaran terhadap Naya. Namun, gadis itu hanya diam saja dan melanjutkan makan es krim tersebut tanpa mengeluarkan sepatah kata apa pun.
“Kau tahu Naya, harum lemon ini akan membangkitkan semangat yang ada pada dirimu apalagi kalau kau merasa sangat lelah.”
“Benarkah?” Naya tersenyum tipis. Memang benar apa yang dikatakan oleh Randy, es krim ini membuat pikiran kita yang awalnya penuh dengan emosi serta beban yang banyak seolah-olah hilang di sapu oleh segarnya es krim ini. It’s perfect.
Sore itu Naya mengayuh sepedanya sendirian tanpa didampingi oleh Randy. Entah mengapa hari ini tingkah laku Randy berbeda seperti biasanya terhadap Naya. Apa ini semuanya akibat Naya yang kurang respon terhadap es krim yang dibuat oleh kekasihnya itu atau ada hal lain yang disembunyikan oleh Randy. Entahlah itu siapa yang tahu. Naya hanya terdiam sambil mengayuh sepedanya.
***
It’s Sunday......
A perfect day for holiday. Naya telah siap dengan beberapa sandwich yang telah tersusun rapi pada kotak makanannya. Rencananya Randy telah berjanji dengan Naya untuk weekend bersama di rumahnya. Randy memang laki-laki yang mandiri. Dia tinggal di kota ini sendirian hanya rumah besar di tepi danau kecil pemberian dari sang ayah. Kedua orangtuanya sibuk kerja di luar negeri.
Sesampainya di sana, tampak rame sekali orang berkumpul di kafenya. Ini adalah suatu hal yang jarang terjadi, biasanya memang “Crown Cafe” ini tidak pernah sepi dari pengunjung tapi pada hari ini pengunjung yang datang lumayan banyak dari hari biasanya.
Naya pun sempat bingung apakah dia harus menemui Randy atau tidak karena Naya yakin Randy pasti sangat sibuk dengan banyaknya pengunjung di kafenya ini. Tapi, setelah kesibukan ini dia bisa menghabiskan waktu berdua dengan Randy.
“Randy apa masih sibuk? Aku tunggu kamu di rumahmu sore ini.”
Sms itu pun terkirim. Nayapun hanya terduduk diam di pelataran halaman belakang Randy sambil melihat hijaunya air danau dan kesejukan pohon yang ada di sekitarnya. Matahari mulai menenggelamkan dirinya. Naya pun berdiri setelah sekian lama duduk menunggu namun tidak ada tanda-tanda kemunculan Randy. Raut wajah kecewa menyelimuti Naya. Apa Randy benar-benar lupa akan janjinya padahal dia bukanlah orang yang mudah untuk mengingkari janji. Naya tahu akan hal itu.
Memang Naya kecewa, sedih, dan marah pada Randy. Namun, entah angin bergerak kemana, Naya pergi ke cafe untuk menemui Randy. Ternyata benar Randy telah melupakan janjinya. Dibalik kaca itu terlihat Randy dengan tawa lebar penuh kepuasan bersama bersama teman-temannya. Perasaan sedih menusuk hatinya. Naya tidak marah kalau dia tidak diikutsetakan pada pesta keberhasilan Randy tapi yang membuat hatinya sangat kecewa mengapa Randy tidak memberitahunya. Entah kenapa akhir-akhir ini mereka sering bertemu, ketidakcocokkan sering menghinggapi keduanya. Mengapa hal itu harus terjadi, baik Naya maupun Randy pun tidak ada yang tahu.
Perasaan semakin menusuk seketika seorang wanita sangat dekat dengan Randy. Dia bukanlah saudara perempuan atau teman yang dikenal oleh Naya. Dia berbisik halus di telinga Randy entah apa yang mereka bicarakan. Tawa Randy yang lepas terhadap wanita itu membuktikan bahwa ada suatu hal yang tidak diketahui oleh Naya terhadap Randy. Naya tahu bahwa Randy tidak akan pernah mendekati seorang wanita terkecuali wanita itu punya hubungan dekat dengannya. Tapi hingga sekarang hanya lah dirinya sendiri dan kak Cindy, saudara perempuannya lah wanita yang paling dekat dengannya. Tidak ada yang lain.
Sepanjang perjalanan pulang, air mata Naya pun sedikit demi sedikit menetes. Sekarang semua perasaannya campur aduk. Naya bingung apa yang harus dilakukannya pada Randy. Kini dia harus membuat suatu keputusan.
***
“bagaimana menurutmu?”
“rasanya memang enak namun aroma blueberrynya kurang terasa...”
Randy hanya tersenyum puas. Windy memang benar. Teman kecilnya ini sudah tumbuh besar menjadi seorang wanita yang cantik, mandiri dengan segala kepintarannya yang ia bawa dari Australia. Randy memang memahami hal ini, Naya dan Windy sangatlah berbeda. Windy banyak memiliki kesamaan dengan dirinya baik dari segi hobi dan juga kebiasaan. Windy selalu bersikap terbuka dibanding Naya yang cenderung suka menutupi masalahnya.
Sudah 1 minggu ini hubungannya dengan Naya tidak ada. Hanya satu sms dari Naya yang menyatakan untuk tidak bertemu dengannya selama beberapa hari ini. Randy pun sempat kebingungan dengan sikap Naya yang berubah secara tiba-tiba ini. Randy sudah mencoba untuk menghubungi dan bertemu dengannya namun hal itu sia-sia. Naya akan selalu menghindar darinya, hal itulah yang membuat Randy menyerah dan merasa bingung apa yang salah dari dirinya.
Mereka berdua duduk terdiam didampingi dengan masing-masing secangkir chocolate hangat. Windy memandangi wajah Randy yang terlihat lesu tidak bersemangat seperti ada sesuatu yang dipendamnya.
“Randy, boleh aku menyukaimu?”
Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut Windy. Randy memandang muka Windy dengan wajah terkejut. Tidak menyangka teman kecilnya ini telah memendam perasaan suka kepadanya sedari dulu.
“aku telah mengatakan hal ini pada pacarmu agar bisa melepaskanmu!”
Randy hanya terdiam kaku. Kini dia tahu alasan Naya selalu menghindar darinya. Tapi yang ia tidak mengerti adalah mengapa Windy melakukan hal ini? Mengapa Windy harus mengungkapkan semua ini yang ia tahu bahwa hal ini akan berujung sia-sia? Lalu apa yang dijawab Naya setelah apa yang diungkapkan oleh Windy. Randy mengambil tas punggungnya dan segera pergi meninggalkan Windy yang hanya duduk terdiam memandangi secangkir chocolate yang berangsur dingin.
Naya melangkahkan kakinya menuju rumah. Mukanya terlihat lesu penuh kelelahan karena seharian ini dia harus melakukan tugas proyeknya yang banyak membuang energi dan juga pikiran. Namun hal ini akan semakin bertambah ketika terlihat Randy berdiri di depan kediamannya. Naya hanya memandang lemah Randy dan segera beralih melewatinya tanpa berkata apapun.
“Apa semua ini karena Windy?”
Langkah Naya terhenti seketika. Kini akhirnya Randy mengetahui apa yang terpendam dalam hatinya. Namun mengapa dia harus memberitahukan ini disaat kondisi Naya yang tidak memungkinkan. Ini membuat hatinya terasa sesak bukan karena tersakiti oleh Randy tetapi dia menyalahkan dirinya sendiri karena merasa tidak mampu menjaga Randy. Naya tahu tidak selamanya cinta itu harus memiliki kini dia harus membuat keputusan apa akan melepaskannya atau tidak.
Naya membalikkan badannya sambil memandang wajah Randy yang sangat menanti jawaban darinya.
“Aku tidak tahu apa aku harus melepaskanmu atau tetap memilikimu dengan kondisi kita yang selalu serba salah. Kini aku terlalu lelah untuk membicarakan hal ini. Bisa kah kita bicarakan nanti?”
Randy hanya terdiam membiarkan Naya memasuki pintu rumahnya tanpa melontarkan sepatah katapun.
***
Tinggal polesan terakhir dengan menaruh satu buah cherry di atas tangkup es krim barunya. Perpaduan es krim vanilla dengan daun pandan ditambah dengan warna merah cherry membuat warna es krim terlihat lebih cerah dan alami. Apalagi ditambah dengan aroma daun pandan yang khas membuatnya menambah keistimewaan es krim itu sendiri.
“Mau kau mau beri nama apa?”
“Entahlah.....”
Pandangan Randy terhadap es krim itu seketika hilang saat seorang wanita yang baru memasuki kafenya yang tidak lain adalah Windy. Selama beberapa hari ini dia terus memikirkan tentang hal itu dan sekarang Randy akan memberikan jawaban itu pada Windy.
***
Kini Naya kembali ke tempat dimana semuanya berawal, Jamsa street. Sepanjang jalan terasa sepi, daun-daun pepohonan sudah berguguran menandai berakhirnya musim gugur. Burung gagak pun mulai mencari tempat berlindung sebagai persiapan menghadapi musim dingin yang panjang. Naya terhenti sejenak dan memandang sekelilingnya. Terngiang di pikirannya mengenai apa yang dikatakan oleh sehabatnya. Apa mitos itu benar? Apakah ketika kau berjalan di sini berdua dengan pasanganmu maka semua hubunganmu akan berakhir. Jika itu benar, mengapa Naya harus percaya. Haruskah semuanya beakhir? Tidak bisakah semuanya kembali seperti semula. Naya mulai menutup mulutnya menahan isak tangis yang semakin besar.
“Setiap detik namanya selalu terngiang di pikiranku. masih teringat jelas cara dia berbicara cara dia bercanda dan tertawa. Setiap hari setiap waktu hanya dia yang selalu kuingin hanya dia yang selalu kunanti tuk tersenyum meski ku tahu bahwa sekarang itu tak mungkin.” Pikir Naya.
Terasa dingin terhempas angin yang menerobos di sela-sela tubuh Naya. Ia berkata dalam hati, seandainya dia ada disini didekatnya ,menemaninya, dan tertawa bersamanya. Naya hanya berharap Randy ada disini dan tersenyum padanya. Namun harapan itu tidaklah sia-sia. Seseorang telah berdiri di depannya sambil tersenyum riang.
“Ingatlah.. Aku tidak akan pernah melepaskanmu.”
Naya hanya tersenyum. Randy memegang tangannya dan mulai berjalan menyusuri indahnya dedaunan pepohonan yang berguguran. Entah Naya harus percaya atau tidak tentang mitos itu namun Jamsa street lah yang telah memisahkan dan membuatnya bersatu kembali dengan sang pujaan hati.
Satu hal lagi yang patut Naya sadari bahwa cinta seperti matahari,ia tetap bercahaya walau malam menjelma,cahayanya pada bulan tetap menerangi,terkadang ia juga gerhana,namun tetap akan kembali juga kecerahannya.
***the end
by Puja
0 komentar:
Posting Komentar